Soal Mengajar dan Bermedia

Dampak adanya covid-19 membuat manusia makin banyak yang menggunakan teknologi, kini beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara online dan bersama-sama. Tentunya hal semacam ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya kita bisa menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan menghemat waktu, tapi kekurangannya adalah adanya kedalaman materi yang disampaikan secara online banyak mengalami pemangkasan kualitas.

Begitulah wujudnya ketika berdampingan dengan teknologi. Kehidupan berjalan dengan cepat tanpa sekat. Untuk mengevaluasi perjalanan hidup tentunya kita membutuhkan pemberhentian seperti renungan, semacam telaah kehidupan. Dari perenungan itu, tentunya kita akan memiliki tinjauan kehidupan yang dapat dijadikan jadikan sebagai bekal menghadapi kehidupan di masa mendatang.

Moh Aniq KHB sebagai penulis buku “Gusti Allah Ana, Kanjeng Nabi Apikan” memaparkan renungannya dari berbagai macam pengalaman yang telah dilampauinya. Sebagai seorang yang lahir di lingkungan sekitar pesantren tentunya Moh Aniq KHB  atau yang sering disapa Gus Aniq mempunyai sudut pandang yang unik. Apalagi beliau kini juga berkecimpung di dunia pendidikan. Tentunya mempunyai beberapa pandangan yang patut untuk disimak.

Lalim Akademik menjadi judul tulisan di bukunya yang menanggapi persoalan tentang akademik. Gus Aniq, dibukunya membahas tentang penerapan ilmu dan cara memperoleh ilmu. Di sana beliau mengkritik adanya penerapan metode mengajar yang diterapkan seperti menggebrah uyah. Hal itu bisa kita simak dari kutipan berikut “Tanpa Pikir panjang, ia nggebrah uyah menerapkan metode plus model-model pembelajaran x untuk hanya sekadar ingin tahu seberapa efektif dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.”(hlm 24)

Motode plus model-model pendidikan memang seringkali diterapkan di dalam dunia pendidikan, terutama ketika mahasiswa sedang magang atau melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir. Yang perlu kita ingat adalah tidak semua metode dan model cocok diterapkan dalam pembelajaran kepada siswa. Sebab, karakter dan latar belakang siswa berbeda satu sama lain.

Maka dapat dimungkinkan ada metode dan model yang tidak efektif atau tidak berpengaruh dalam pembelajaran. Bisa saja di dalam kelas dengan beberapa anak memerlukan metode dan model pembelajaran yang berbeda. Maka bisa jadi di dalam pembelajaran perlu menggunakan beberapa metode dan model yang berbeda. Untuk itu, butuh observasi berkali-kali dan mendalam agar kita dapat mengerti karakter siswa sehingga penggunaan metode atau model dapat berjalan dengan efektif.

Gus Aniq tidak hanya membicarakan soal model dan metode, beliau juga membicarakan soal proses mencari mencari ilmu. Masih di dalam judul Lalim Akademik beliau juga menyinggung tentang mempelajari, belajar dari, dan belajar kepada. Mari kita simak kutipannya, “Makanya kita jangan salah. Lha wong kita hobi mempelajari, tapi lupa “belajar kepada” dan “belajar dari.” (hlm 24)

Kata “Belajar kepada dan belajar dari” merupakan bentuk sikap memanusiakan manusia. Karena tak terbatas pada usia, jabatan, dan gelar. Karena seringkali kita juga bisa belajar dari anak kecil. Sehingga tak membatasi dari mana suatu pengetahuan didapat. Berbeda dengan kata “mempelajari”. Seolah-olah diri kita bisa melalukan segalanya sendiri. Sehingga dapat memunculkan kesombongan bagi pembelajar.

Terlebih lagi, kini banyak media yang menghadirkan berbagai macam materi yang membuat orang dapat mengakses segala sesuatu. Media telah menjadi rekan sehari-hari bagi manusia. Gus Aniq juga membahas laku dalam bermedia. Tulisannya yang membahas soal media berjudul Sapih Media. Beliau mengobrolkan adanya arus informasi dari berbagai media yang tiap detik selalu memunculkan informasi baru.

Di dalam tulisannya, beliau mengingatkan bahwa media sosial tidak mempunyai dosis dan bisa saja membuat otak kita menjadi jebol. Sehingga sangat dimungkinkan informasi-informasi yang masuk akan menumpuk dan menjadi sampah yang sulit diurai. Maka dari itu, kita bisa merasakan bahwa seringkali berita yang hadir kini kerap tak memberikan informasi yang mendalam dan kadangkala berisi hoax.

Harus dapat memilah dan milih mana yang memang benar-benar kita butuhkan untuk dikonsumsi dan diperoleh manfaatnya. Jika sudah terbiasa memakai dosis dengan jumlah tak terhingga, maka untuk menghentikannya kita akan kesulitan. Maka perlu adanya pembatasan untuk menjaga keseimbangan kehidupan.

Buku Gus Aniq bukan berisi sekadar informasi biasa, dengan membacanya kita akan diajak masuk ke berbagai pintu pemikiran untuk merenungi kehidupan-kehidupan khususnya soal pendidikan, sosial, dan keagamaan. Nah, bagi para mahasiswa, pelajar, dosen, akademisi, aktivis dan yang gemar membaca jika hari-hari ini kita sering bergerak dan berjalan cepat dalam menjalani kehidupan seperti saat berselancar di dunia maya, tiada salahnya kita sesekali ngopi sambil membaca buku ini. 

  

 

Kartu Tanda Buku:

Judul: Gusti Allah Ana Kanjeng Nabi Apikan

Penulis: Moh. Aniq KHB

Penerbit: Beruang Cipta Literasi

Cetakan Pertama: April 2021

Tebal Halaman: xii+205

 

Komentar

Postingan Populer