Belajar Bersama Lagu
Dapat mempelajari banyak mata pelajaran adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri. Karena itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Tentunya di dalam pembelajaran kita menginginkan pembelajaran yang menyenangkan. Sebab, jika apa yang kita pelajari menyenangkan, maka penyerapan di dalam pembelajaran akan efektif.
Berbeda
dengan pembelajaran yang membosankan tentunya akan membuat kita malas dalam
belajar.Kerena jika itu terjadi makan pembelajaran tidak dapat berjalan dengan
lancar. Apalagi jika ini terjadi pada anak yang berada di sekolah dasar yang
notabenya sedang menjalani proses pembelajaran yang awal atau sebagai bekal
untuk menuju jenjang selanjutnya.
Untungnya
di dalam buku pelajaran yang kita pelajari terdapat lagu-lagu yang
disenandungkan dengan riang gembira. Di sekolah dasar banyak lagu lagu yang
dinyanyikan secara bersama-sama dan kelas yang paling banyak menyanyikan adalah
kelas 1-3. Diantara lagu lagu yang beredar di dalam buku adalah Tari Tepuk
Tangan, Kasih Ibu, Hey Yamko Rambe Yamko, Burung Kakaktua, Di Sini Senang dan
lain sebagainya.
Kita bisa
membayangkan apabila lagu-lagu tersebut tidak dihadirkan di dalam pembelajaran
di kelas. Bisa jadi peserta didik mengalami kebosanan, bermuka murung, dan
enggan untuk belajar. Kita tentunya tidak ingin mereka menjadi malas untuk
belajar apalagi tidak berangkat ke sekolah karena melihat sekolah yang
membosankan.
Lagu tak
hanya sebagai pengiring pembelajaran belaka. Lagu juga dapat menjelma sebagai
alat yang memudahkan siswa untuk mempelajari sebuah pelajaran seperti lagu
berjudul “Belajar Perkalian.” Mari kita simak petikannya bersama-sama “3 dikali
1 sama dengan berapa? Itu sama artinya 1 nya ada 3, Ayo kawan semua mari kita
jumlahkan! Ayo kawan siapa tahu jawabnya?”
Dari lagu
karangan ibu Sud itu, kita mendapatkan pemahaman yang sederhana yang dapat
memudahkan seorang peserta didik untuk belajar. Apalagi banyak anak-anak yang
menghindari matematika. Tentunya jiak dikemas dengan lagu akan membuat belajar
seperti mudah karena dilakukan dengan riang gembira.
Selain
sebagai penyemangat dan sebagai pengiring dalam pembelajaran, lagu ini menjadi
penumbuh jiwa karakter bagi anak-anak. Dalam lagu berjudul “Aku Cinta
Lingkungan” karya Ibu Sud, kita bisa menemukan pembelajaran karakter peduli
lingkungan. Mari kita simak bersama lagunya “Aku cinta lingkunganku. Kujaga dan
kusayangi. Bersama ayah ibuku. Membersihkan halamanku. Bersihkan lingkunganku.
Bersihkan dari sampah. Kata ayah dan ibuku. Anak yang pandai. Cinta lingkungan.
Aku cinta taman bunga. Kurawat dan kusayangi. Bersama ayah ibuku. Menyirami
taman bunga.”
Dengan
melihat ini, kita tahu jika pembelajaran tak melulu pada unjuk kepintaran dan
mengejar piala belaka. Ada karakter yang harus dijadikan pondasi agar nantinya
dapat berpikir dan berperilaku yang baik serta dapat berkontribusi bagi negara
dan bangsa.
Belajar
dengan lagu menghindarkan kita dari kewaguan. Lagu bukan sekadar bunyi-bunyi
belaka. Ada maksud dibalik lagu. Lagu-lagu yang ada di buku siswa dapat menjadi
rangsang bagi anak untuk menumbuhkan kepekaan, rasa sosial, dan kepedulian
terhadap lingkungan. Hingga kini sebagai orang dewasa pun masih suka
mendengarkan musik. Karena tak bisa dipungkiri bahwa musik dapat mengusir
kejenuhan.
Maka dari
itu, kita tak bisa menjauhkan kehidupan siswa, khususnya bagi anak-anak. Karena
masa kanak kanak adalah masa awak di mana mereka mengenal har yang baru. Maka
dengan itu, kita harus memnberikan pengalalaman pertama yang baik. Sehingga
nantinya ketika dewasa mereka dapat hidup dengan baik.
Bagi
guru-guru, selain mengajarkan musik kita juga perlu mnegenalkan pengarangnya.
Agar kelak anak-anak tak hanya sekadar menyanyi belaja. Tapi, mereka juga
mengetahui sosok penyanyi seperti Ibu Soed, Pak Kasur, A. T. Mahmud dan
lainnya. Dengan mengenal para siswa akan lebih dekat dan mendalami perjuangan
mereka di dunia pendidikan. Contohnya Pak Kasur, beliau bernama asli Soerjono,
selain soerang guru, pemusik, pelawak, pencinta anak, pembuat boneka, penyanyi
beliau adalah pembawa radio.
Kasur sendiri adalah sosok panutan bagi para pendidik kita. Guru yang serba bisa ini jika tidak cocok dengan arah pendidikan ia akan melakukan perlawanan. Hal ini terjadi ketika Indonesia dijajah Jepang Pak Kasur berhenti menjadi guru.
Komentar
Posting Komentar